Thursday, January 20, 2005

Robert T Kiyosaki

Trilogi Kiyosaki: Cara Pintar Jadi Orang Kaya

Uang hanyalah sebuah ide. Bila Anda bilang bahwa cari uang itu sulit, maka Anda adalah orang miskin. Sebaliknya, bila Anda percaya bahwa di bumi ini berlimpah uang, maka Anda akan kaya....


Inilah pernyataan menarik yang dilontarkan Robert T Kiyosaki dalam bukunya, 'Rich Dad Poor Dad' (RDPD).Buku ini merupakan karya pertama dari trilogi Kiyosaki,bersama dua buku lainnya, 'Cashflow Quadrant (CQ)' dan 'Rich Dad: Guide to Investing' (RDGI). Dan tentu saja trilogi yang ditulis bareng dengan kawan lamanya, Sharon L Lechter, kini jadi buku 'bestseller' versi 'New York Times.'

Sebagai pengarang berperspektif unik mengenai bisnis, Kiyosaki memang mengkhususkan diri menulis buku-buku bertema ekonomi. Dasar pemikirannya sangat sederhana: Jabatan, karier, maupun kepandaian, tidak bisa menjamin seseorang menjadi kaya. Itu sebabnya, menurut Kiyosaki, konsep pendidikan yang menekankan bahwa ''anak sekolah harus pintar'' harus diubah total. Ini agar kita tidak terkurung dalam 'rat race,' kehidupan yang tak cerdas.''Alasan utama orang bersusah payah secara finansial adalah karena mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah, tetapi tidak belajar apa pun mengenai uang,'' ujar Kiyosaki yang pernah menjadi staf pengajar bisnis dan investasi. ''Hasilnya adalah orang bekerja untuk mendapatkan uang, tetapi tak pernah belajar agar uang bekerja untuk mereka.''

Sebagai pengganti, Kiyosaki melontarkan gagasan 'how to get rich.' Ada enam kiat yang dapat diaplikasikan untuk menjadi orang kaya. Pertama, ''Orang Kaya Tidak Bekerja Untuk Uang'' (hlm 13). Ini bisa jadi cara efektif menghindari kemiskinan. Sebab, kata Kiyosaki, orang miskin tidak memiliki kebebasan finansial dalam hidupnya. Penghasilannya selalu habis untuk membiayai kewajibannya.Kiat kedua, penguasaan atas empat konsep bisnis -- yaitu pemasukan, pengeluaran, neraca aset, dan liabilities. Secara detil kiat ini diungkap dalam item ''Mengapa Mengajarkan Melek Finansial'' (hlm 57). Ketiga, anjuran untuk memulai bisnis sendiri sebagai jalan awal menuju kekayaan. Ini diungkapnya dalam bab ''Uruslah Bisnis Anda Sendiri'' (hlm 93). Sedang kiat keempat Kiyosaki terasa lebih teknis, yaitu ihwal ''Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi'' (hlm 105). Intinya, bila kita bagaimana mengatur pajak, maka pengetahuan ini akan mendatangkan kekayaan.Masih ada kiat kelima, yaitu ''Orang Kaya Menciptakan Uang'' (hlm 121). Di sini Kiyosaki membahas ihwal 'kecerdasan finansial' orang kaya dalam mengelola uang. Kecerdasan itu antara lain, dapat membedakan 'good and bad liabilities, good and bad debt, good and bad expenses,' dan 'good and bad risk.' Dibahas pula tentang investasi sebagai teknik orang kaya menciptakan uang.Kiat terakhir yang disodorkan Kiyosaki adalah ''Bekerja Untuk Belajar, Jangan Bekerja Untuk Uang'' (hlm 149). Ajaran ini terkait dengan perubahan paradigma era informasi, dari 'school smart' ke 'school smart' dan 'street smart.' Artinya, selain diperlukan kecerdasan akademis, untuk jadi orang kaya, dibutuhkan juga 'ilmu jalanan' yang tidak didapat di bangku sekolah.

Tentu saja Kiyosaki tak mencipta kiat ini dari ilmu ekonomi yang dipelajarinya secara formal. Tapi, lebih bertumpu pada renungan tentang kisah hidupnya sendiri. Seperti yang dikutip di 'RDPD', yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama pertama kali September 2001, sukses karier bisnis Kiyosaki diawali sejak 1997 dengan mendirikan perusahaan dompet berbahan nylon. Di tahun 1985 kegiatan bisnis pengusaha kelahiran Hawaii ini mulai dikurangi, tetapi kegiatan investasi tetap dilakukan. Dari sanalah Kiyosaki terus menuai sukses.Menurut Tri Utomo Wiganarto, konsultan West Java Corridor, trilogi Kiyosaki ini hampir sepenuhnya berbicara tentang pembentukan karakter pribadi kita dan hanya sedikit yang membahas masalah teknis. ''Pendekatan Kiyosaki adalah pendekatan 'leaderships' yang dituangkan dalam bahasa yang membumi,'' kata Tri Utomo dalam acara bedah buku trilogi Kiyosaki di Bandung belum lama ini. ''Pemikiran Kiyosaki mengubah paradigma berpikir kita menjadi lebih terbuka.'' Rendra Hertiadhi, marketing dan corporate director PT Myohdotcom Indonesia Tbk, menilai bahwa empat konsep bisnis Kiyosaki sangat aplikatif. Bila kita mengadopsi konsep 'bad liabilities' -- seperti spekulasi utang -- risikonya sangat tinggi. Selama utang sesuai rencana, tidak jadi masalah. Asal, sumber pembayaran utang bukan dari kantong sendiri, melainkan dari aset bisnis yang kita ciptakan. ''Jadi, pembahasan Kiyosaki tentang 'bad and good liabilities' sangat tepat,'' ujarnya.

Buku 'RDPD' secara keseluruhan memaparkan serangkaian petunjuk agar kita berusaha mendekati impian kita untuk menjadi kaya. Tetapi di akhir buku, Kiyosaki menegaskan bahwa semuanya berpulang pada seberapa keras usaha dan kontrol diri Anda. Buku kedua, 'CQ,' dicetak enam kali sepanjang tahun 2001. Di sini Kiyosaki menciptakan sebuah model yang disebut 'cashflow quadrant.' Model ini terdiri dari empat kuadran yang memetakan empat posisi orang dalam konteks finansial.Buku setebal 330 halaman dan terdiri dari 18 bab ini memberikan petunjuk bagi kita untuk mengetahui di kuadran mana posisi kita dan membantu kita untuk berpindah ke kuadran yang lebih baik. Empat kuadran tersebut adalah kuadran E ('employee'), kuadran S ('self employee'), kuadran B ('business ownners'), dan kuadran I ('investor').Di bagian pertama buku ini, Kiyosaki memaparkan perbedaan inti dari orang-orang pada masing-masing kuadran dengan menganalisis kata-kata mereka.

Bagian kedua merupakan tahap-tahap membangkitkan potensi yang ada dalam diri untuk menjadi kaya. Bagian ketiga buku ini diisi nasehat Kiyosaki menjadi 'business ownners' dan 'investor' yang sukses. Intinya adalah kontrol diri, investasi, dan manajemen. Selain itu juga disuguhkan tujuh langkah menemukan jalur cepat kebebasan finansial Anda (Bab 11).Buku ketiga, 'RDGI,' baru selesai diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia tiga pekan lalu.

Buku ini lebih banyak memberikan petunjuk teknis investasi serta pelajaran tentang bagaimana mempertahankan bisnis yang telah Anda bangun. Ada tiga hal yang menurut Kiyosaki dapat dilakukan untuk mempertahankan bisnis kita, yaitu dengan menyumbangkan kecerdasan, pengalaman, dan uang Anda pada pihak-pihak yang membutuhkan.Perry Tristianto, raja 'factory outlet' Bandung, mengaku bahwa gara-gara teori Kiyosaki, ia yang memulai kariernya di kuadran E sekarang mampu bermain di kuadran B . ''Pelajaran dari Kiyosaki sebagian besar terjadi pada kehidupan saya,'' papar Perry.Terdiri dari kurang lebih 400 halaman, buku ini memberikan pandangan komprehensif mengenai pemikiran-pemikiran Kiyosaki dalam bentuk tips-tips yang dikemas secara menarik. Semuanya digelar dalam bahasa yang sederhana dan sistematis. Artinya bisa dicerna dengan mudah oleh siapa pun.Di tengah terpuruknya perekonomian kita, trilogi Kiyosaki memang menawarkan angin segar. Apalagi buku ini memang ditulis Kiyosaki pada suatu periode hidupnya yang serba sulit. Kiyosaki sempat mengalami keterpurukan, kehilangan tempat tinggal, menjadi orang yang terpinggirkan, dan jatuh sakit.''Di saat semua pihak tidak yakin kita bisa bangkit, buku ini benar-benar memberikan inspirasi pada kita. Yang paling penting adalah bagaimana kita mengarahkan kekuatan diri sendiri untuk membangun sesuatu,'' kata Tri Utomo.

Source :
Oleh Republika
Selasa, 18-Juni-2002, 20:27:00

Monday, June 14, 2004

Don't Sweat the Small Stuff at Work (Part II)

Don't Sweat the Small Stuff at Work (Part II)

Whether we work for a giant corporation or in a two-person office, there's no question that work is stressful. All of us, no matter what our career or industry, must deal with some combination of unpleasant issues - unrealistic deadlines, bureaucracy, back-stabbing co-workers, demanding bosses, quotas, endless meetings and blizzards of memos. Add to that fierce competition, poor working conditions and long commutes, and you can see there's no way to avoid hassles.


Indeed, the question is nor whether you can eliminate stress, but rather how to handle it. You could expend an enormous amount of energy on being frustrated, angry or offended over relatively minor things, or you can find new ways to respond to the demands of work. Interestingly, when dealing with really serious work-related issues - for example, being fired or forced to relocate - most people display remarkable courage and resilience. It's the small stuff that drives us all crazy.

But if you can learn to treat the hassles with more wisdom, patience and humor, you'll transform tour work experience. You will bring out the best in yourself-as well as others. Instead of reacting to each issue with knee-jerk negativity, you'll learn to respond with grace. Even better, it will brighten your entire day.

Following are twenty-one key strategies that will make work a whole lot more fun.

ATTITUDE ADJUSTMENT

Being happy doesn't mean losing your edge. Some people think a relaxed demeanor won't look good to co-workers, clients and employers - they'll assume you're not sufficiently motivated to go the extra mile or tough enough to survive in a competitive environment. The truth is, happy people's enthusiasm spurs them to better performance. Unhappy people, on the other hand, are often held back by their own negativity. Often defensive and rigid, they aren't good team players. So dare to be happy - your work will take on greater significance.

Don't be a drama queen. Talking about how incredibly busy you are, how hard you work, how little you sleep and the fact that you don't have a personal life focuses your attention on the most troublesome aspects of your work. Work can be hard, but boasting about it simply reinforces your stress and becomes a self-fulfilling prophecy. It also makes you a great bore.

Cultivate intuition. No one questions the value of analytical thinking, but there's another type of intelligence that is every bit as important. It works only when you quiet your mind - when you stop sorting and calculating and comparing, and allow the answer to come to you. Your intuition is a powerful tool. Learn to trust it.

Think of stress and frustration as distractions to your success. Some people assume that stress and success are linked in some essential way. In fact, unchecked stress interferes with clear thinking, inhibits intuition and creativity, saps your energy and robs you of your sense of humor. Far from helping you keep your edge, it actually gives the advantage to your competitors. While it's true that some degree of stress is inescapable, if you see it as a positive or necessary factor, you'll just end up creating more.

GO WITH THE FLOW

Bureaucracy exists-deal with it. Everyone who works for a living encounters rules and regulations that seem to defy logic and common sense. You can waste a great deal of time complaining and fighting it, without ever changing anything. But keeping your composure and your sense of humor will ease your way through a frustrating situation. Getting angry will only bring out the worst in a bureaucrat, encouraging him to turn to the rule book instead of finding a real solution.

Mama said there'd be days like this. There are times when to give a hundred percent, but the universe seems to conspire in making everything go wrong. Factor into your plans the occasional day from hell, and don't take yourself too seriously. The world won't stop spinning because you had a bad day.

Pick your battles. One of our major stressors is a tendency to cling to arguments we have no chance of winning. Obviously, if the stakes are high - involving your integrity or a serious amount of money - a fight is worth the trouble. But learn to let go of the little battles. Their outcome is practically irrelevant - we fight them out of habit or stubbornness.

Don't get stressed by the predictable. In most industries, there are certain standard problems. You must learn to factor them into your awareness and plan your life to accommodate them. If you're a flight attendant, you know planes will occasionally be delayed; if you're an accountant, you know there will be overtime in March and April.

Ask for what you want, but don't insist on getting it. It's important to speak up, but realize that there are no guarantees. Think of the asking itself as an accomplishment, but don't get too attached to the outcome. The key to detachment is to see that being turned down often has very little to do with you're personality. The client may love your product, but it's not in his budget. Your boss may think you're a terrific worker, but she can't give you a better office because it's been promised to someone with seniority. It's great to ask-but be gracious if you don't get what you want.

Tuesday, June 08, 2004

Don't Sweat the Small Stuff Part 1

Don't Sweat the Small Stuff Part 1

DON'T LOSE YOUR FOCUS

Create a bridge between your spirituality and your work. If kindness, patience, honesty and generosity are spiritual qualities you believe in, make every effort to practice them at the office.
Work is the perfect environment to extend your spirituality—in the way you greet people and deal with conflict, how you sell a product or balance ethics and profit. Practicing these virtues will put your problems into a broader context and help Avoid gossip. This may nor seem like a big deal—until you stop to consider how much time and energy you spend engaged in conversations that are not relevant to your work. Of course, there are times when want to chat with friends or co-workers. The trick is to make sure that it’s out of choice, not habit. The hour you gain back could mean a peaceful week instead of a stressful one.

Let go of personality clashes. Certain types of people are difficult to work with—for me, it's pushy or hyperactive people. So I think of getting along with people as part of my job description. In other words, rather than writing off the relationship, I take responsibility for making it work. Think of yourself and your coworkers as characters in a play, each with his or her own role. The differences help make life interesting.

Friday, May 14, 2004

Tentang Tidur

3rd : Tidur :
well, urusan kerjaan bikin gw tambah jutek. Untung gw masih punya temen-temen yang "lucu" sekaligus ancuurrr..
Tulisan ini gw buat jum'at dinihari, kerajinan apa kurang kerjaan ya,...! Yang jelas dinihari itu, gw cekikian sendiri ngebayangin "gaya" orang-orang yang ketiduran. Satpam yang lagi keliling, nyangkain gw kuntilanak kali ya...



Tidur

Tidur adalah kebutuhan dasar dari setiap yang hidup. Tidak hanya manusia, tumbuhan, hewan butuh tidur. Tanaman Putri Malu (Mimosa Pudica) mempunyai waktu tidur yang relative sama dengan manusia, begitu matahari terbenam, perlahan dia akan mengatupkan daun-daunnya, untuk tidur, tidak lagi melakukan proses fotosintesa.
Perkecualian jika, manusia ataupun sesuatu yang lain menyentuhnya, segera ia akan mengatupkan daun-daunnya. Fenomena yang sama juga ada pada manusia, jika dalam keadaan terjaga kemudian "disentuh", bisa juga tertidur. (Apa coba! Jangan ngeres lho! Anak saya yang terkecil, sebelum tidur selalu minta disentuh, diisik-isik, istilah Jawanya, gak ngeres kaan..)

Begitupun dengan hewan, juga memiliki jam-jam biologis yang umumnya sama. Siang beraktifitas malam beristirahat alias tidur, memang demikian firman Tuhan, sang Khalik untuk semua makhluknya. Beberapa perkecualian memang ada pada beberapa hewan, kalelawar misalnya, yang justru beraktifitas dimalam hari, juga si-OWL, burung hantu, salah satu teman si Beruang Winnie de Pooh, tokoh kartun yang sangat popular. Singkat kata, tidur adalah sesuatu yang wajar dan normal-normal saja jika dilakukan pada waktu dan tempat yang tepat.

Bagaimana kalau tidur kita tidak pada waktu dan tempat yang tepat?

Dulu, sewaktu kuliah, ada beberapa mata kuliah yang diadakan pagi-pagi sekali, 7.30. Biasanya pagi-pagi sekali kita sudah harus meninggalkan rumah menuju kampus yang kebetulan berada dipinggiran kota. Menjadi lebih pagi lagi, jika musim-musim Mid Semester, ataupun Ujian Akhir. Dengan sistem SKS (Sistem Kebut Semalam), semakin sempurna sudah waktu tidur mengalami defisit besar malam itu. Ini konsekuensi dari sistem SKS, untungnya mid dan UAS hanya satu kali salam satu semester, coba kalau setiap hari.., bukan masalah kapan kuliahnya, tapi kapan tidurnya?

Akibatnya, baru terasa ketika pulang. Ketika harus bergelantungan didalam Bus Kuning (Bus Kampus) mungkin masih enak, perbincangan soal ujian sama hebohnya dengan urusan "gebetan" di fakultas tetangga, kesengsaraan "bergelayutan" dibus, sirna begitu ketemu ketemu sang PH (Pujaan Hati, Bo!!). Begitu harus bergantungan di kendaraan umum, mulailah penderitaan berawal, dalam mini-bus yang sudah karatan (untungnya kursi dan sandarannya masih berlapis busa), mana mungkin ngobrol bersaing dengan suara mesin yang memekakkan telinga, mau teriak-teriak biar seluruh penumpang bus tahu urusan kita? No way! Bisa dapat tempat duduk, sama aja dapat rejeki nomplok.

Jadilah dalam bus yang pengap dan panas, berisik, gak nyaman buat ngobrol, kita semua terdiam, dari bengong (mana habis begadang semalaman lagi!) sampai menghayal dan akhirnya zzzz… tertidur , sambil gelantungan, meliuk kekanan kekiri seiring tikungan dan kelokan disepanjang jalan. Tarzan aja gak gitu! Hanya injakan pedal rem dan sentakan tarikan gas yang mengacaukan "tarian tidur" ini. Masih untung gak "digerayangin" pencopet. Tapi itulah untungnya, pumpung mahasiswa, gelantungan sambil tidur juga aman (asal tangan tetap pegangan, siapa yang mau pegangin,coba!), gak ada harta benda berharga (jaman dulu gak ada tuh HP) yang bakal raib gara-gara tidur.

Gara-gara tidur juga, teman saya bener-bener malu karena secara gak sengaja kedapatan tertidur di kantor. Kepala boleh tegak, tangan boleh tetap menggenggam mouse, tapi koq gak bergerak-gerak sejak tadi. Parahnya lagi "screen saver" layar monitor sudah bekerja, wah ada yang gak beres nih…., tinggal pilih cara buat bangunkan ayam tidur ini. Kalau lagi iseng sih suka kita jahilin, mulai dari kita telp ke ekstensinya, sampai kita buat dia kaget seolah-olah bos tiba-tiba datang. Kalau sudah gini biasanya dia akan tersentak kaget, sambil linglung…, untungnya refleknya masih bagus, tangan yang masih nempel di mouse langsung bergerak, jadi layar monitor langsung aktif lagi, amaaannn, bos gak bakal tahu..

Itu di kantor, dijalan, lain lagi. Pernah dong naik Angkot (Angkutan Kota), Coba deh duduk dibelakang Pak Supir, persis berhadapan pintu masuk yang selalu terbuka. Wow, enak banget tuh, sandarannya mapan, karena langsung berbatasan dengan pembatas bodi mobil antara supir dan tempat duduk penumpang, terus semilir angin seperti sengaja membuat kita benar-benar mendengar senandung nina bobo. Berhubung perjalanan masih jauh aman deh, zzz..zzzzzzz.., mulai kepala ditekuk, badan mulai bongkok dan doyong…, doyong.., tiba-tiba,..ciiiiittttttttttttt, pedal rem tiba-tiba ditekan, hampir saja terlempar keluar, saking kagetnya hanya bisa berucap, massyaallah, untung gak jadi kelempar keluar… , duh jangan lagi-lagi deh!

Masih dijalan, banyak Angkot Pribadi alias "omprengan" yang mangkal persis disebelah Univ. Atmajaya, yang mengantarkan banyak karyawan kerumah-rumah mereka didaerah pinggiran Jakarta seperti Bekasi, Pondok Gede, Depok dll. Banyak orang yang memanfaatkan perjalanan yang cukup panjang dan lama ini dengan tidur, baik disengaja memejamkan mata sampai yang tidak sengaja terpejam. Apalagi kondisi benar-benar memungkinkan. Kalau pas untung dapat mobil yang bagus, ber-ac sekaligus dilengkapi dengan "bunyi-bunyian" yang enak didengar, mulai dari lagu-lagu nostalgia jaman kuda, sampai dangdut yang memang sedang popular. Cuma sebelnya, mungkin saking nikmatnya seseorang tertidur , mula-mula "kepala"nya jatuh dibahu saya, ih enak banget nih orang.., trus gak rela dong bahu saya digratisin gitu, majulah saya dikit, gak pa-apalah, pegel-pegel gak bersandar, paling cuma sebentar. Perkiraan saya salah, ruang kosong dibelakang saya ternyata justru membuat dia semakin menekukkan badan, terus semakin doyong ke kakan (dia ada disebelah kiri saya), doyong lagi.., terus…, sampai hampir setengah rebah. Gila nih orang, bener-bener gak sadar lingkungan, habis minum pil tidur kali, sampai sebegitu "singit"-nya bak putaran gasing yang hampir sampai pada akhirnya, kemudian jatuh terkulai…
Apes, saya Cuma berharap semoga dia gak ngiler.., ntar nempel deh dibaju.

Posisi tidur orang kalau dilihat memang bener-bener bisa bikin ketawa. Mulai dari yang sopan dan santun, dengan menutup muka dengan telapak tangannya, atau menutup mulut dengan saputangannya, kuatir ketahuan ngiler, jadi kalau ngiler bisa langsung dilap. Terus mulai dari doyong-doyong dikit, sampai yang badan ditekuk nyaris bongkok, juga sampai akhirnya kepala yang tengadah, disandarkan ke sandaran jok, dan membuat mulut terngaga sampai nampaklah gigi dan rahangnya yang nggilani sekaligus menyeramkan.
Coba perhatikan, pasti cekikian sendiri ….

Kebetulan saya jarang-jarang tuh tertidur dijalan, kalau gak terpaksa amat. Sekali waktu pernah juga sih "kecolongan". Pas naik Kopaja, kebetulan agak sepi, tiba-tiba lep.., terlelap. Gak tahu lama apa enggak, soalnya saya tertidur (gak pake ngiler lho!) Tiba-tiba, terdengar suara rebut-ribut, masih bengong, saya perhatikan sekitar, berhubung sepi saya gak bisa nanya ke orang terdekat saya. Tapi dari omongan supir dan beberapa penumpang dibagian depan, saya baru sadar kalau sebenarnya tadi ada seorang yang bermaksud menodong seluruh penumpang bus, tapi berhubung Pak Supir waspada dan tahu gelagat yang gak baik, dia langsung menghentikan mobilnya persis didepan kantor polisi. Dan itu membuat pelaku gak punya nyali untuk meneruskan perbuatannya.
Kali ini saya benar-benar dibuat "aman" oleh ketiduran saya. Coba kalau saya tetap melek, bisa keringat dingin yang keluar. Untungnya Cuma keringat gerah, karena kepanasan…..