Thursday, April 29, 2004

What's in A Name

1st : What's in a name
Ini "Curhat" saya yang pertama, betul-betul pengalaman pribadi.


What's in a name...

Setiap orang pasti punya nama.
Jangan tanya kenapa orang harus punya nama, ribet ntar nulisnya, teori melulu...
Juga jangan tanya, arti.
Bejibun, dari arti harfiah sampai arti kiasan, dari arti sungguhan sampai improvisasi, ngarang seenak udelnya.
Tapi coba bayangkan gimana pengaruh nama terhadap kehidupan kita sendiri.

Mbok Pariyem, di pedalaman gunung kidul sana cuma memilih Carsinem untuk menyebut anak perempuannya, Alm. Syumanjaya sutradara tenar jaman jebot, memilih Djenar Maesa Ayu, untuk putrinya yang cantik, Andre Hehanusa, menamakan Putra Pertama Hehanusa, untuk anak lelakinya yang pertama, sementara Melly Goeslaw menyebut Anakku Lelaki Hoed, untuk putra pertamanya. Seniman wajar donk memilih sesuatu yang nyentrik untuk atribut diri maupun keluarganya. Mungkin karena terkondisikan untuk memilih sesuatu yang tidak biasa, yang nyeleneh, supaya beda.

Lain lagi, si Rek, gak jelas siapa nama dia yang sesungguhnya, mungkin Arek, dari arek-arek Suroboyo, atau Rekoso karena nasibnya yang ndilalah koq rekoso tenan, office boy kantor saya, mungkin karena kesengsem berat sama artis Maudy Koesnadi menempelkan nama pada bancakan anak pertamanya dengan nama Maudy. Entah ada hubungannya atau tidak, koq ya kebeneran anaknya sakit-sakitan melulu, mulai dari umbel-nya yang meler melulu, panasnya yang turun naik, sampai maaf, mencret-mencret, yang terpaksa membuat dia sering bolos kerja. Seorang teman langsung saja nyemprot si Rek ini, dengan kecaman-kecaman konyol, Lu si Rek, kasih nama kebagusan, gak nyebut!

Memang soal nama yang kebagusan kadang-kadang bikin kita geli sendiri. Dulu sewaktu SMP, setiap awal pelajaran selalu dimulai dengan absen. Mulailah, satu persatu nama disebutkan oleh guru, dan kita pasti langsung mencari dan melihat sumber suara yang menyebut Ada Bu, atau Hadir Pak , sambil menghubungkan nama-nama tersebut dengan tampilan fisiknya. Tono, ah.. standar, Benny,ee.. lumayan, Fenny, mm..lumayan manis, Togar, ih..Batak kali tampangnya, sampai-lah dengan suatu nama Margareta, wah pasti cantik nih.., semua anak-anak menoleh, mencari-cari si-empunya nama, dan hkk..hkkk, hampir semua menahan ketawa, termasuk guru, jauh akar dari pohon, maksudnya nama yang indah gak selalu berarti juga tampilan fisik nan elok. Kurang ajar juga mereka yang mentertawakan orang lain. Gak sopan!

Tapi susah juga punya nama yang biasa alias standar-standar saja. Gak tahu kenapa, karena saya tidak pernah berani tanya ke Ibu saya, nama saya adalah gabungan dari 3 anak pakde saya, Endang, Sri dan Nuryanti. Susahnya lagi, semua nama pasaran banget. Gara-gara nama juga tetangga depan rumah saya sampai dibikin repot menahan teriakan, karena ternyata pembantu barunya namanya Endang, gak lucu-kan kalau dia teriak-teriak Ndang, ambilkan pispot, adek, sementara saya dengan santainya duduk-duduk diteras depan rumah saya.
Juga tetangga belakang rumah saya, ndilalah kok pembantunya namanya Endang juga, yang ini sebenarnya saya gak tahu, kalau tidak kebeneran pas acara pengajian dirumahnya, tiba-tiba tetangga saya bilang, Ndang tolong keluarin air minumnya. Saya pikir koq iseng banget nih oramg nyuruh-nyuruh saya, begitu melihat saya bengong, baru dia bilang Maaf Bu Endang, maksud saya pembantu saya, Untung sampai saat ini belum ada pembantu saya yang namanya Endang. Wes pokoknya requirement untuk calon pembantu yang akan bekerja pada saya, nama tidak boleh sama, bisa berabe urusannya nanti. Nasib-nasib!

Masih ada hubungannya dengan Endang juga, waktu SMP kelas satu dulu, ada anak laki-laki yang namanya Joko, namanya juga ABG, semua anak-anak mengolok-olok Joko pacar Endang, sementara saya sebel setengah mati, karena saya memang gak suka. Saking gak sukanya saya lalu mencari tahu orang yang namanya Endang jodohnya siapa (namanya juga anak-anak!), ternyata gak jauh-jauh, ada tetangga rumah orang tua saya, si perempuan namanya Endang dan suaminya.. Joko!. He.., makin gak suka dong sama si Joko-temen SMP itu. Lantas ketika SMA, sahabat saya ternyata mamanya bernama Endang dan suaminya.. Joko Pramono, salah satu petinggi disebuah departemen. Suatu kebetulan yang bener-bener mengusik akal sehat saya..
Sampai akhirnya, ketika saya mulai mendapat job-job menjelang akhir studi saya di perguruan tinggi, disalah satu kantor, seorang teman mengenalkan saya dengan seorang yang bernama.. Joko!. Dengan Joko inilah akhirnya saya benar-benar menyerah dan menerima nasib bahwa jodohnya Endang, ya Joko! Sampai sekarang, 10 tahun sudah kami berjodoh. ***


Esha dan Raihan, dari yang biasa-biasa bukan tidak mungkin ada yang luar biasa

No comments: